Gelita malam dek selindung segan sang
purnama di balik gemawan. Esok hari sang bumi bakal dibarokahi rintik halus
hujan, mungkin. Bintang-bintang yang lazimnya terang bergemelapan tiada tanding tidak satu
pun terlukis pada kanvas langit malam. Pandangan dihalakan pada skrin tingkap yang
kejap-kejap menayangkan panorama mengasyikkan Kuala Lumpur diremang cahaya
jingga romantis pos lampu dan kejap-kejap memalit refleksi isi koc.
Sepasang mata beriris perang itu
lalu tertangkap pada satu refleksi yang terus menenggelamkan langsung
scenery-scenery pada skrin tingkap tadi. Pemandangan luar yang menjadi latar belakang
the captured reflection tadi kini mengilusikan sebuah koc yang menyelusuri
terowong masa dengan kelajuan yang seakan-akan menunggang Buroq. Refleksi
berupa seorang gadis. Manis.
Senyum. Melihatkan refleksi berupa seorang gadis tadi
yang pada anggapan aku sedang bermain hide-and-seek dengan sang purnama.
Dan-dan melodi euphononious dan bait-bait perfecto Gemawan oleh Innuendo
berkumandang secara crescendo pada pendengaran aku seorang menerusi corong-corong
earphone. Kolaborasi blend ambians secara majisnya menghasilkan renjatan
cas-cas positif-negatif nakal di dalam sukma.
Tiba-tiba mata bundar milik refleksi
berupa seorang gadis tadi memandang tepat ke dalam iris perang aku. Pada momen
yang sama, kesemua organ terpana secara mengejut dengan Hukum Masa yang tanpa
sebab-munasabab turut menjadi total invalid. Senyum. Hairan. Refleksi berupa
seorang gadis pada skrin tingkap tadi menghadiahkan aku kuntum senyum yang paling menawan? Meruntun
sukma. Dub dab dub dab. Ah.
Telefon bimbit di tangan refleksi
berupa seorang gadis tadi ditala pada darjah bersesuaian. Menangkap refleksi
berupa seorang gadis dan refleksi berupa seorang laki-laki yang rapat duduk sebelah-menyebelah;
potret utama pada skrin tingkap koc yang berlatarbelakangkan pekat malam.
Friday, 3 August, 2012, 8:56 PM
No comments:
Post a Comment